PT RIFAN BANDUNG – Harga emas yang mencapai rekor tanpa adanya indikasi data signifikan membuat pelaku pasar bertanya-tanya. Commerzbank mengatakan bahwa tingginya kenaikan harga emas pada Maret masih menjadi misteri. Terlebih, harga emas naik di tengah masih hawkishnya pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Commerzbank mencatat bahwa kenaikan logam tersebut sejak awal bulan, sekitar 5-8%, masih menjadi misteri. Di sisi lain, Commerzbank memandang bahwa ada potensi terbatas untuk keuntungan lebih lanjut.
“Sulit untuk menemukan penjelasan yang meyakinkan untuk kemajuan ini. Harapan pemotongan suku bunga AS, yang telah menjadi pendorong utama harga emas selama setahun setengah terakhir, sedikit meningkat di paruh pertama Maret, tetapi tidak cukup untuk menjelaskan besarnya pemulihan emas,” tulis para analis yang dikutip dari Reuters.
Harga emas mengawali perdagangan pekan ini dengan kembali menguat dan mencetak rekornya lagi hari ini.
Pada perdagangan Senin (1/4/2024) per pukul 05:28 WIB, harga emas di pasar spot menguat 0,41% di posisi US$ 2.241,55 per troy ons. Harga tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa sementara. Harga emas masih bisa terbang atau melemah menjelang penutupan nanti malam.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu (28/3/2024), harga emas ditutup di posisi US$ 2.232,38 per troy ons. Harganya terbang 1,75%.
Harga penutupan kemarin adalah yang tertinggi sepanjang masa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, emas juga ditutup di level US$ 2.200 di harga penutupan.
Sebelumnya, pada 21 Maret 2024, emas memang menyentuh level US$ 2.200 tetapi hanya terjadi di intraday.
Sepanjang Maret 2024, rekor harga emas sudah terpatahkan sebanyak 10 kali karena harga terus melonjak.
Sepanjang pekan lalu, harga emas dunia terpantau melonjak 3,15% secara point-to-point. Sedangkan selama sebulan terakhir, harga emas dunia sudah melejit 9,26%.
Harga emas kembali terbang pada pagi hari ini karena data inflasi AS yang sesuai harapan. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) – tidak termasuk makanan dan energi- pada Februari 2024 tercatat 2,8% secara tahunan dan naik 0,3% dari bulan lalu. Kedua angka tersebut sesuai dengan perkiraan Dow Jones.
Termasuk biaya pangan dan energi yang berfluktuasi, angka utama PCE menunjukkan kenaikan sebesar 0,3% pada bulan ini dan 2,5% pada tingkat 12 bulan, dibandingkan perkiraan sebesar 0,4% dan 2,5%.
Meskipun The Fed mempertimbangkan kedua ukuran tersebut ketika membuat kebijakan, mereka menganggap inflasi inti sebagai ukuran yang lebih baik untuk mengukur tekanan inflasi jangka panjang. The Fed menargetkan inflasi tahunan sebesar 2%, sementara inflasi PCE inti belum pernah berada di bawah level tersebut dalam tiga tahun – PT RIFAN
Sumber : cnbcindonesia