Rifan Financindo – Antam Garap Gunung Emas Papua, Impor Emas Bakal Turun

RIFAN FINANCINDO BANDUNG – Rencana PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk mengelola lahan tambang yang memiliki cadangan emas hingga senilai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 207,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$)  di Papua dinilai akan berdampak pada penurunan impor emas.

Hal ini diungkapkan Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga. Dia mengatakan, selama ini Antam masih mengimpor emas karena permintaan emas dari masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan perseroan.

Bila Antam berekspansi mengelola lahan tambang baru dengan cadangan emas yang besar, ini artinya ada sumber pasokan emas baru dari dalam negeri. Dengan demikian, lanjutnya, ini menjadi peluang Antam untuk menekan impor emas.

Selama ini memang emas kita sebagian besar masih impor, karena kebutuhan emas di Indonesia sangat tinggi, sehingga kalau Wabu ini didapat, maka volume (produksi emas) Antam naik, dan kita akan turunkan impor emas

Bila impor emas bisa dikurangi, maka menurutnya pada akhirnya ini bisa berdampak pada penurunan defisit neraca berjalan. Dengan demikian, ini tidak hanya menguntungkan bagi Antam, tetapi juga secara makro ekonomi Indonesia.

“Jadi, bagi kita ini sesuatu sangat baik, karena tidak hanya berdampak pada ekonomi dan keuangan Antam, tapi juga kepada kondisi makro Indonesia di mana defisit neraca bakal turun karena impor emas akan menurun juga dari Wabu ini,” jelasnya.

Namun demikian, dia mengaku belum mengetahui pasti berapa besar penurunan impor bila perseroan mengelola Blok Wabu ini.

“Belum kita hitung, tapi pasti akan besar sekali karena kita tahu bahwa Antam impor emasnya akan besar karena kebutuhan retail emas di Indonesia juga tinggi,” ungkapnya.

Secara kinerja, pada semester I-2020 ini, Aneka Tambang mencatatkan laba bersih hanya mencapai Rp 84,82 miliar, berkurang hingga 80,18% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 428 miliar.

Penurunan laba bersih itu seiring dengan jumlah penjualan Antam yang melorot pada periode 6 bulan pertama tahun ini.

Penjualan Antam mencapai Rp 9,23 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 14,43 triliun, atau ambles 36%. Beban penjualan juga berkurang menjadi Rp 7,92 triliun dari sebelumnya Rp 12,28 triliun.

Penjualan pada semester I 2020 tersebut disebutkan terutama karena kontribusi dari penjualan emas yakni mencapai 69% terhadap total penjualan Antam. Kontribusi dari penjualan emas mencapai Rp 6,41 triliun. Dari sisi volume penjualan emas mencapai 7.915 kg (254.505 troy oz) pada semester I 2020, turun dibandingkan penjualan pada semester I 2019 yang mencapai 15.741 kg (506.084 troy oz). Meski dari sisi volume penjualan menurun, namun ditunjang dari sisi kenaikan harga emas rata-rata yang menguat 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bila dilihat dari sisi volume produksi emas, pada semester I 2020, produksi emas Antam hanya 850 kg (27.328 troy onz), turun dibandingkan semester I 2019 yang sebesar 979 kg (31.476 troy oz). Ini artinya, ada selisih sekitar 7.000-an kg antara emas yang dijual dan diproduksi Antam, dan kemungkinan besar selisih inilah yang diimpor perseroan – RIFAN FINANCINDO

Sumber : cnbcindonesia.com

Leave a comment